BERITA

Menebar Kasih di SLB Bhakti Luhur

Menebar Kasih di SLB Bhakti Luhur

23-Dec-2003

Segmen I

indosiar.com, Jakarta – Pagi itu, seperti hari-hari sebelumnya, anak-anak ini selalu ceria menyambut datangnya hari baru. Seolah tak akan pernah ada masalah dengan masa depan mereka. Sepintas, secara fisik penampilan anak-anak ini, memang terlihat normal seperti halnya anak-anak sebaya lainnya.

Namun siapa sangka, mereka ini sebenarnya menderita masalah serius dengan kejiwaannya atau cacat mental, sehingga memerlukan penanganan khusus, di pusat rehabilitasi dan perawatan anak cacat, SLB Bhakti Luhur, Ciputat, Tangerang, Banten, anak-anak ini diasuh dan dibimbing, agar mampu hidup mandiri.

Dalam suasana kekeluargaan, anak-anak penyandang cacat mental atau tuna grahita ini, belajar berbagai kegiatan sekolah, di bawah bimbingan para guru, perawat dan suster-suster biarawati yang tergabung dalam komunitas Suster Alma. Selain pembinaan rohani, anak-anak ini juga menjalani latihan motorik, bicara, fisioterapi, serta ketrampilan lainnya. Seperti berkebun, membuat tempe, memasak dan menjahit. Untuk menumbuhkan jiwa seni, mereka juga belajar seni musik dan drama.

Tak mudah menangani anak-anak penderita cacat mental. Apalagi di pusat rehabilitasi penderita cacat ini, sebagian besar siswanya menderita tuna ganda sekaligus. Selain cacat mental, juga menderita cacat fisik. Seluruh siswanya memiliki tingkat kecerdasan atau IQ dibawah poin normal 80. Bahkan rata-rata, IQ-nya berkisar antara 15 hingga 40 poin. Pada level ini, selain dibutuhkan terapi dan pembinaan khusus, jangka waktu yang dibutuhkan hingga bisa mandiri, sangatlah lama.

Untuk itulah digunakan pola pendekatan asrama. Apalagi dari sekitar 200-an siswanya, separuh berasal dari keluarga tidak mampu, banyak orang tua mereka yang terkesan cuci tangan tak pernah lagi menengok anak -anak mereka. Keberadaan alamat mereka pun tak bisa diketahui lagi. Bisa dibilang, kini para suster pembina di sini sudah menjadi keluarga bagi anak-anak malang ini.

Sejak berdiri tahun 1991 lalu, SLB ini tak membedakan tingkat usia. Berapa pun umurnya, SLB milik komunitas Kesusteran Alma terbuka menerimanya. Tercacat, siswa termuda berusia 2 bulan, dan tertua berusia 44 tahun. Disadari atau tidak, anak-anak penyandang tuna grahita ini, meski dengan berbagai kekurangan, tetap insan manusia yang mempunyai hati, dapat menyayangi dan ingin disayangi. Menantikan pula perhatian sebagai layaknya manusia normal.

Segmen 2

Suasana menyambut datangnya natal, juga turut dirasakan anak-anak tuna grahita, penghuni SLB Bhakti Luhur di Ciputat, Jakarta Selatan. Berbagai kegiatan seperti menghiasi pohon natal, menari, bermain alat musik, berlatih drama, mewarnai hari-hari mereka belakangan ini. Yang memprihatinkan, sebetulnya secara finansial, yayasan yang mengelola SLB Bhakti Luhur ini sulit mencari dana.

Upaya subsidi silang, keluarga yang mampu membantu mereka yang tidak mampu, tidak bisa diterapkan di sini. Selain sebagian besar siswanya datang dari keluarga tidak mampu, banyak dari siswa ini juga sudah dilupakan keluarganya.

Kini, dengan jumlah siswa lebih dari 200 orang, separuh lebih merupakan tanggungan yayasan. Mulai dari kebutuhan sandang, pangan, hingga pendidikan dan kesehatan. Tak kurang dari 20 juta rupiah per bulan dikeluarkan yayasan ini untuk biaya operasional. Itu pun masih belum memadai.

Keyakinan bahwa Tuhan ikut andil berkarya dalam menyelenggarakan pembinaan anak-anak cacat ini, adalah motivasi terbesar bagi Komunitas Suster-suster Alma, yang setiap hari mendampingi, mendidik dan merawat anak-anak ini, penyandang tuna grahita. Berbekal kesabaran, ketelatenan, sekitar 65 perawat yang mayoritas wanita, melayani segala kebutuhan anak-anak ini. Mulai dari menyiapkan makanan, minuman, menyuapi, hingga memandikan dan mencuci pakaian mereka, serta menemani tidur malam. Semua dijalankan dengan hati tulus.

Rasa cinta kasih pada sesama, didukung semangat pengabdian yang besar, membuat para perawat di SLB Bhakti Luhur ini terus bertahan. Sejatinya, yang dibutuhkan anak-anak penyandang cacat ini, bukanlah belas kasih semata. Diperlukan pula dukungan konkrit berbagai pihak, agar mereka dengan segala kekurangannya, dapat menjalani hidup apa adanya.(Idh)

diambil dari: http://www.indosiar.com/ragam/39228/menebar-kasih-di-slb-bhakti-luhur

One Response to Menebar Kasih di SLB Bhakti Luhur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *