BERITA

Melihat Yayasan Bhakti Luhur, Panti Khusus Orang Berkebutuhan Khusus

3 Maret 2019
anpa pamrih suster-suster di panti ini mendampingi orang-orang berkebutuhan khusus. Berharap tak ada lagi yang memandang dengan sebelah mata pada keberadaan mereka.

IQBAL SYAHRONI

Bangunan bercat putih itu terasa tenang. Meskipun ada empat anak usia belasan tahun yang duduk di teras rumah. Di sebelah kiri pintu masuk. Yang lebih asyik dengan dunianya dibandingkan memperhatikan lalu-lalang di jalanan.

“Mereka sedang istirahat. Soalnya habis olahraga,” terang seorang wanita sembari mempersilakan Jawa Pos Radar Kediri masuk ke ruang tamu.

Wanita itu adalah suster Rita Tri Idawati. Suster yang sekaligus menjadi penanggung jawab Panti Asuhan Bhakti Luhur. Panti asuhan khusus bagi orang-orang yang berkebutuhan khusus.

Suster Ida, panggilannya, menjelaskan bahwa panti asuhan sudah menyusun jadwal khusus untuk aktivitas sehari-hari penghuni panti. Jumat misalnya. Selalu diadakan olahraga ringan bagi penyandang disabilitas itu.

Kegiatan lain juga sudah disusun oleh panti yang berada di DusunNglangu, Desa Puhsarang, Semen, Kabupaten Kediri ini. Ada juga pelajaran ringan untuk penghuni panti yang masih berusia anak-anak. Seperti mencoret-coret kertas kosong, menebalkan tulisan, mengenal warna, hingga berkebun. Dan berkebun adalah salah satu aktivitas yang paling banyak disuka penghuni panti.

“Semua sudah dijadwalkan. Namun juga semua kembali ke mood anak-anak. Namun sampai saat ini, tidak ada yang mengeluh atau menolak untuk ikut kegiatan,” urai Suster Ida.

Bahkan, ada dua penghuni panti yang bisa menunjukkan kemampuan khusus. Yaitu pandai membuat manik-manik. Dua orang itu adalah Lala, 14, dan Retno, 38. Kebetulan, dua-duanya penyandang tunagrahita.

Kegemaran Retno adalah menyusun manik-manik menjadi beberapa bentuk. Bisa menjadi rangkaian Rosario atau berbentuk salib. Bulatan-bulatan berbahan dasar plastik itu dirangkai dengan benang dari nilon. Hingga membentuk karya menarik.

Keahlian Retno mulai terlihat ketika mengikuti kegiatan mingguan. Kegiatan yang memberikan pengajaran khusus kepada anak-anak disabilitas. Saat diajari membuat karya dari manik-manik, ia lebih cepat dibandingkan teman-teman lainnya.

“Hingga saat ini ia masih sering melakukan hal tersebut. Malah, ia juga membuat beberapa aksesoris lain seperti bunga dari kertas, plastik, dan menenun. Semuanya juga dalam pengawasan dari suster,” imbuhnya.

Selain kegiatan rutinan, panti asuhan juga mengadakan rekreasi bersama. Tiga kali dalam satu tahun. Terakhir mereka berekreasi ke Selecta, Malang. Tepatnya pada Oktober 2018. Mereka juga pernah pergi ke Bendung Gerak Waru Turi, saat hari disabilitas beberapa waktu lalu.

Suster Ida mengaku sudah lima tahun mengabdi dip anti tersebut. Sebelumnya, ia mengabdikan diri menjadi suster di panti asuhan dari yayasan yang sama. “Sembilan tahun, sering dipindah dari satu panti asuhan ke panti asuhan lain. Ini tahun ke lima saya di Kediri,” ujar suster asal Lampung itu.

Ida merasa cocok dengan visi dan misi yang dibawakan oleh yayasan yang dibangun oleh Romo Paulus Hendricus Janssen sejak 2006 ini. Ia merasa bahwa memang banyak orang yang masih belum memahami bahwa semua diciptakan oleh Tuhan itu sama dan sederajat. Karena itu mereka berusaha menanamkan pemahaman bahwa semua orang itu sama di mata Tuhan. Karena sama-sama makhluknya.

Yayasan tersebut menurut Ida, tak hanya fokus pada pemberian pengajaran terhadap anak-anak yang tinggal di panti. Tapi juga melayani pendampingan bagi anak-anak disabilitas yang tinggal di rumah bersama orang tuanya.

Hingga saat ini sudah ada sebelas anak disabilitas yang berada di panti asuhan. Ida menambahkan bahwa dari sebelas anak tersebut, sepuluh di antaranya perempuan. Satu-satunya penghuni laki-laki masih berumur tiga tahun. “Yang paling tua berumur 54 tahun, yang mengalami tuna grahita,” terangnya.

Ida berharap bahwa masyarakat lebih terbuka kepada para penyandang disabilitas. Karena menurutnya, tidak ada yang lebih baik dan lebih buruk jika hanya dilihat dari fisik di mata Tuhan.

Panti asuhan tersebut juga terbuka bagi anak yang memiliki disabilitas dari agama manapun. Selain beragama Katolik, ada anak asuh yang beragama Islam dan Hindu. Mereka tinggal bersama tanpa merasa dihakimi.

(rk/rq/die/JPR)

sumber berita:
https://radarkediri.jawapos.com/read/2019/03/03/122840/melihat-yayasan-bhakti-luhur-panti-khusus-orang-berkebutuhan-khusus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *