Penulis Admin Sinar Pos – 16 Januari 2019
KEDIRI, SINAR POS – Mendengar kata ‘panti asuhan, yang terlintas di benak kita adalah sebuah rumah atau bangunan tempat bernaung anak-anak yatim, yatim piatu atau anak terlantar. Bersama mereka, tinggal para pengasuh yang bertugas merawat, membina, mendidik dan berperan sebagai orang tua.

Pemenuhan kebutuhan anak baik fisik, mental maupun sosial diupayakan, sehingga diharapkan mereka tetap tumbuh dan berkembang sama seperti anak yang tinggal bersama keluarga.
Ini juga yang terlihat di Panti Asuhan Bhakti Luhur di Dusun Kalibago, Desa Kalipang, Kecamatan Grogol. Yang berbeda, panti ini fokus pada pendidikan dan pelayanan anak-anak berkebutuhan khusus, baik cacat fisik maupun non fisik. PA Bhakti Luhur didirikan oleh RM Hendrikus Paulus Janssen, CM sekitar 30 tahun yang lalu. Selain di Kalipang, panti ini juga ada di wilayah Puhsarang.
Ada 12 anak tinggal di PA Bhakti Luhur yang dilayani penuh selama 24 jam. Tiga orang suster dan dua orang perawat tinggal bersama mereka. Suster Yanti selaku penanggung jawab panti mengatakan, motto PA Bhakti Luhur adalah ‘Tinggal Serumah, Sekamar dan Semeja Makan dengan Anak-Anak’.
“Kami makan bersama anak-anak, apa yang mereka makan, itu kami makan. Dimana anak tidur, disitu harus ada kami. Kami tinggal 24 jam bersama anak-anak,” jelasnya.
Ia pun mengatakan, tidak ada petugas khusus kebersihan, tukang masak atau pelayanan anak. Semua dilakukan dengan sistem piket, bergantian antar suster. “Romo Jansen mempunyai keinginan agar anak-anak tidak merasa tinggal di panti, tapi tinggal bersama keluarga. Secara struktur ini memang panti, tapi kami menyebutnya rumah atau wisma. Panggilan disini pun ada ibu, kakak dan adik,” terang Suster Yanti.
Kegiatan yang dilaksanakan di panti fokus pada kemandirian dan kegiatan rumah tangga. Rata-rata mereka memang tidak mampu didik, hanya mampu latih. “Untuk melatih atau mengajari harus disampaikan berulang, meski untuk hal kecil seperti mengambil piring. Ketika bisa melakukannya, mereka gembira dan merasa bahwa mereka juga mampu,” lanjutnya.
Selain kegiatan bantu diri, di panti juga ada wirausaha ternak ayam arab petelur dan berkebun. Saat ini ada 1000 ekor ayam yang diternakkan dengan pasar penjualan telur di Tulungagung, Jombang hingga Surabaya.
Anak-anak juga dilibatkan dalam kegiatan beternak dan berkebun tersebut, sebatas kemampuan mereka. “Mereka kita ajak beraktivitas di kebun, ada yang bantu-bantu, bisa tanam, ada yang cuma lihat-lihat atau bermain. Ada yang senang sekali ketika bisa naik kandang atau memungut telur,” ungkap Suster Yanti.
Untuk anak-anak yang tinggal di luar panti, pelayanan diberikan mulai hari Senin-Jumat. Masing-masing anak mendapat pelayanan 1 minggu 1 kali. “Di Datengan tiap hari Rabu, kemudian di wilayah Grigging untuk cerebral palsy hari Senin. Sedangkan terapi belajar/wicara kita lakukan hari Selasa.
Dengan pelatihan dan terapi yang dilakukan selama ini, anak-anak terlihat lebih bersemangat, gembira dan merasa dihargai,” pungkasnya. (Ad/kom/an/lh)
sumber berita:
http://sinarpos.co.id/2019/01/16/panti-asuhan-bhakti-luhur-tinggal-serumah-sekamar-dan-semeja-makan/