Post: 2017-09-17 10:56:48 By: admin
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang mengalami keterbatasan/ keluarbiasaan baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain sesusianya. (lih. Permen PPPA RI Nomor 10 Tahun 2011)
Keadaan dan kondisi yang dialami tersebut, pada umumnya sifatnya ada yang permanen sampai seumur hidup. Namun demikian dengan segala keadaannya, bukan berarti mereka kehilangan kesempatan untuk hidup seperti anak-anak lain pada umumnya.
Anak-anak dengan kekhususan itu tetap harus mendapatkan haknya, mendapat kesempatan yang sama untuk mengoptimalkan potensi yang mereka miliki, karena mereka adalah anugerah Tuhan yang harus kita jaga, dirawat dengan tulus dan penuh kasih sayang, mendapatkan pendidikan sehingga dapat mengembangkan potensinya dan memiliki kesempatan menjadi orang dewasa yang bahagia seperti impian banyak orang pada umumnya.
Namun masih banyak masyarakat berpandangan negatif terhadap kehadiran ABK, bahkan masih ada penolakan dengan kehadirannya, baik dalam pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pergaulan sehari-hari. Bahkan tidak sedikit orang tua yang belum bisa menerima kondisi anaknya. Dengan demikian terjadi diskriminasi yang akibatnya menghambat perkembangan ABK.
Oleh karena itu Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bekerjasama dengan aliansi RBM Indonesia mengadakan program pelatihan SDM TERLATIH MENUJU DESA RAMAH ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS bertempat di Hotel Harris Jl. A Yani Utara Riverside Blok C No. 1, Polowijen, Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur 65126
Tujuan pelatihan tersebut untuk mempersiapkan sumber daya manusia, dalam hal ini kader desa agar terlatih guna menjadi tempat yang ramah untuk ABK.
Acara yang diadakan tanggal 7 s.d. 11 Agustus 2017 tersebut dihadiri oleh Peserta dari aktivis-aktivis yang sudah dilatih oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak dari Banten, Yogyakarta, Tulungagung, Trenggalek, Situbondo, NTB, dan Malang.
Dalam kesempatan itu Panitia juga mengundang siswa ABK dari SLB Bhakti Luhur untuk mengenalkan dan menunjukkan bahwa anak-anak dengan disabilitas mempunyai talenta dalam menari dan menyanyi dan bermain musik yang tak kalah dengan anak-anak tanpa disabilitas pada umumnya.
Dengan suara emasnya Irene Pratiwi memainkan keyboard dan bernyanyi bersama Agnes Intan dan Lidya, yang merupakan siswa ABK tuna netra. Mereka dengan piawainya menyanyikan lagu yang membuat peserta yang hadir menjadi terharu.
Juga beberapa siswa ABK tunarungu yang tampil cantik dan ceria antara lain Bela, Cinta, Geovani, Nesti dan Patricia dengan kelincahan dan keceriaannya menarikan tarian Sesonderan yang merupakan tarian daerah Tulung Agung.
Tak kalah menariknya Sania, Dian, Robert, Ricki dan Nico yang juga siswa ABK tunarungupun dapat menyanyikan beberapa lagu dengan lancar yang menggunakan bahasa isyarat sambil dipandu oleh guru pendamping mereka.
Bagi peserta yang belum pernah melihat ABK berpentas seni, begitu terharu melihat kepiawaian mereka dalam memainkan musik, menari dan menyanyi. Mereka mengatakan bahwa ingin sekali memberdayakan ABK agar bisa menunjukkan sesuatu yang bisa memberi semangat bagi ABK atau orang tua ABK lainnya. (Lusiana/sabkbhaktiluhur.com)
sumber berita:
http://sabkbhaktiluhur.com/articles2.php?op=10