Bhakti Luhur adalah suatu yayasan sosial terbesar di Indonesia yang memberi perhatian secara khusus kepada para penyandang cacat yang miskin, terlantar dan dipinggirkan. Bersama Romo Janssen, sang pendiri dan sekaligus pelopor, Yayasan Bhakti Luhur telah berkarya dengan mendedikasikan diri selama lebih dari 50 tahun khusus untuk melayani saudara- saudara kita yang membutuhkan. Hingga kini, puluhan cabang Bhakti Luhur telah tersebar luas hampir di seluruh pelosok nusantara. Menyandang predikat sebagai yayasan sosial terbesar se Indonesia sama sekali bukan jaminan akan kesempurnaan dalam proses pelaksanaannya. Terbesar bukan berarti terlengkap. Dalam menjalankan misi kemanusiaannya, Bhakti Luhur justru jauh dari kata cukup dan malah semakin dekat dengan istilah kesederhanaan karena keterbatasan fasilitas yang tersedia.
Sesuai dengan visinya “Menjangkau yang tak terjangkau”, Bhakti Luhur sungguh- sungguh berupaya untuk meraih, melayani, dan melengkapi hidup mereka yang membutuhkan dengan kasih. Banyak kota baik kecil maupun besar di berbagai kawasan di seluruh pelosok Indonesia dari ujung barat hingga ke ujung timur telah dirambah oleh Bhakti Luhur. Melalui program CBR ( Community Based Rehabilitation/ Rehabilitasi Berbasis Masyarakat), dimana perawat- perawat mendatangi di rumah- rumah penduduk, mereka- mereka yang membutuhkan. Akan tetapi proses penjangkauan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih sangat membutuhkan bantuan, karena masih banyak saudara kita di sana yang hidup dalam kondisi yang serba kekurangan.
CBR adalah program Bhakti Luhur (BL) dimana para suster datang ke rumah2 penduduk untuk perawatan fisioterapi/ perawatan kesehatan. Karena tidak semua penduduk mampu menitipkan anaknya ke panti, karena keberadaan mereka yang jauh dari kota dan mahalnya transportasi. Untuk itulah, ketika ingin menengok mereka kadang para suster harus berjalan kaki satu hari satu malam untuk menjangkau mereka. Bahkan, di Kalimantan, ada yang sampai menempuh tiga hari berjalan kaki, karena memang aksesnya yang masih belum ada. Rata-rata CBR tiap cabang bisa melayani 30- 40 anak yang berkebutuhan khusus.
Indonesia timur merupakan salah contoh kawasan yang masih sangat membutuhkan perhatian dari kita. Sebut saja kota- kota seperti atambua, Kupang, Larantuka, Maumere, Kepulauan Kei Besar dan kecil. Mungkin beberapa diantara kita bahkan tidak pernah mendengar atau bahkan asing sama sekali dengan nama kota-kota tersebut.
Kita bahkan mungkin mengasumsikannya sebagai kota yang cakupan wilayahnya cukup besar dan jauh dari kata kekurangan. Namun tidak demikian dengan kenyataan yang ada. Sebagai contoh kota Kupang, meskipun berstatus sebagai Ibu Kota nusa tenggara timur, namun ternyata ketersediaan air bersih di kota ini masih sangat minim dan sulit didapat. Untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih, para suster Bhakti Luhur harus membeli tangki-tangki air setiap 2 hari sekali dengan harga yang cukup mahal. Dan apabila persediaan air mereka telah habis, mereka terpaksa harus menggunakan air sumur yang sesungguhnya tidak layak untuk dikonsumsi.
Lain halnya dengan yang terjadi di atambua. Bilik- bilik dari papan kayu dan atap dari asbes adalah wisma mereka. Berangkat dari petakan ruang yang sangat sederhana mereka berkumpul. Tidur beratapkan jajaran asbes yang memiliki sedikit celah untuk mengintip ke arah langit, belajar dengan fasilitas yang seadanya, makan dengan santapan yang juga sangat sederhana, dan pakaian yang mereka kenakan pun terkesan apa adanya.
Bilik- bilik sederhana itu mirip sekali dengan suasana dalam film dokumenter yang menyiratkan keterbatasan anak negeri. Ini bukan mimpi. Ini juga bukan skenario. Inilah foto nyata wajah kehidupan anak- anak bangsa kita. Betapa memilukan melihat kondisi ini. Disaat kesederhanaan menghimpit, mereka masih mampu memberikan apa yang mereka punya dari apa yang melekat dalam diri mereka, yakni melalui kasih dan tenaga yang didedikasikan murni untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Dalam menjangkau yang tak terjangkau tentu saja Bhakti Luhur tidak akan menemui jalanan yang mulus dan datar. Banyak kendala yang harus dihadapi sesuai dengan keterbatasan masing- masing wilayah. Mulai dari minimnya sarana transportasi, kurangnya kebutuhan akan air bersih, kurangnya tenaga sukarela, kurangnya tenaga medis untuk pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan akan ruang kelas yang memadai serta kebutuhan- kebutuhan lain yang masih belum terpenuhi.
Namun dibalik dari segala kekurangan yang ada, seharusnya kita percaya bahwa kekuatan juga akan diberikan kepada siapapun yang berani mengkomunikasikan kebenaran apalagi tentang kebenaran kasih. Dari pemikiran ini pula Bhakti Luhur terus bersemangat untuk berkarya, dan mengetuk hati saudara- saudara kita yang mampu untuk dapat memberikan sebagian dari tenaga, pikiran, maupun apa yang mereka punya untuk diberikan kepada saudara kita lainnya yang sangat membutuhkan.
Kehidupan ini begitu dekat dengan kita. Saudara kita di sana masih berdiri merapat dengan garis kemiskinan, hidup yang mereka jalani juga masih jauh di bawah standar kesehatan. Lalu, bagaimana bisa kita berlalu begitu saja dan tidak menghiraukannya? Peran serta anda akan meringankan penderitaan mereka.
Info dan keterangan mengenai pelayanan Yayasan Bhakti Luhur terhadap para penyandang cacat dan membutuhkan secara lengkap dapat diakses melalui : www.bhaktiluhur. com, atau Facebook Page: Perkasih Bhakti Luhur Surabaya.
sumber: http://www.ayocarirumah.com/public/index.php?controller=berita&action=view_detail_berita&id=MzAwLTEzNTAxMXpvaXRzMzAwLTEzNTAxMQ